Sebuah pertanyaan yang sangat berharga tentang cinta pernah disampaikan oleh seorang Badwi kepada Nabi Muhammad -ucapkanlah shalawat untuk beliau- : “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, namun tidak berjumpa dengan mereka?”
Nabi saw. menjawab, “Seseorang akan bersama siapa yang dicintainya, pada Hari Kiamat.”
Riwayat tentang hadits Badwi yang bertanya tentang cinta ini, menurut Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim ِmencapai derajat mutawatir melalui banyak jalur sehingga hadits ini tidak diragukan kesahihannya. Orang-orang beriman sungguh berbahagia dengan hadits ini. Karena, mereka akan dikumpulkan kelak pada Hari Kiamat bersama siapa yang mereka cintai.
Ibnul Qoyyim pernah memberikan keterangan yang membantu kita memahami makna kalimat, “Seseorang bersama siapa yang dicintainya pada Hari Kiamat” dalam satu kitab fenomenal karya beliau :Ighotsatul Lahfan min Mashoyidis Syaithon yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Al-Qowam dengan judul Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan.
Beliau mengemukakan bahwa di akhirat kelak, seseorang akan dikumpulkan bersama benda-benda dan orang-orang yang dicintainya. Jika kecintaan itu dalam keridhaan Allah, maka kebersamaan tersebut dalam kenikmatan dan rahmat dari Allah di Surga. Namun, jika kecintaan tersebut dibangun di atas landasan yang tidak diridhai oleh Allah, maka kebersamaan itu kelak dalam siksa di neraka.
Rabu, 15 Februari 2012
Bersahabat karena ALLAH
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.”
[Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833), Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]
Maka dalam pergaulan kita harus pandai-pandai dalam memilih teman yang baik, shalih/shalihah, yang benar-benar memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, dan menunjukan kebaikan. Karena bergaul dengan orang-orang shalih/shalihah akan menjadikannya sebagai teman yang selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan membuka hati untuk menerima kebenaran. Maka kebanyakan teman akan jadi teladan bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah laku. Seperti ungkapan:
“Janganlah kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena setiap orang mengikuti temannya '
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.”
[Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833), Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]
Maka dalam pergaulan kita harus pandai-pandai dalam memilih teman yang baik, shalih/shalihah, yang benar-benar memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, dan menunjukan kebaikan. Karena bergaul dengan orang-orang shalih/shalihah akan menjadikannya sebagai teman yang selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan membuka hati untuk menerima kebenaran. Maka kebanyakan teman akan jadi teladan bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah laku. Seperti ungkapan:
“Janganlah kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena setiap orang mengikuti temannya '
‘Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-geriknya teringat mati..’
Langganan:
Postingan (Atom)